Family – Man, begitu Stephen
menyebut dirinya. Ia memang seorang bapak yang sangat dekat dengan keluarganya.
Pianis berusia 45 tahun ini selalu berusaha mengisi waktu luang yang ia punya
dengan anak-anak dan istrinya.
“Aku si biasanya spend dengan
keluarga. Ntah itu pergi ke mal/ ke rumah saudara, yang biasanya kita ngga bisa
pergi di hari rutinitas. Terkadang juga nonton.”
Stephen juga suka mengajak
anak-anaknya liburan ke luar kota atau keluar negeri. Bila mereka memiliki
waktu libur yang cukup panjang. Misalnya ketika anaknya sudah selesai UAS.
Stephen mengajak anak-anaknya liburan bukan untuk memberi reward atau
penghargaan atas hasil belajar mereka di sekolah. “Itu hanya memberikan suasana
baru bagi mereka. Bagi saya ya juga begitu, untuk refreshing.”
Menghabiskan waktu bersama keluarga
bukan lah merupakan beban untuk Stephen melainkan sebuah kesenangan. Dirinya
kini tak lagi suka berpergian sendiri. “Hampir semuanya senang, karena kalau
kita pergi ke suatu tempat. Pasti selalu memorable. Aku si lebih family – man
ya, kalau saya pergi dengan keluarga, senang aja. Bisa ngajak mereka kemana
gitu, aku senang. Kalau pergi se
ndiri, malah kepingin pulang haha.” Ujar Stephen sambil tertawa kecil.
Stephen menginginkan anaknya
menjadi seseorang yang dekat dengan keluarga pula. Sehingga di waktu luangnya,
Stephen juga mengajar anak-anaknya. Ia menerapkan semi-home schooling. “Agar
anak2, lebih dekat dengan keluarga dibandingkan di luar.” Jelasnya, ketika
ditanya mengapa memilih metoda pembelajaran semi-home schooling. Stephen juga
berharap dengan menerapkan metode ini, anaknya menjadi percaya kepada orang
tuanya dan tidak lebih percaya kepada guru. Karena itu Stephen rela mengisi
waktu luangnya membantu mengerjakan pr anak, mengajar beberapa pelajaran dan
mengajarkan anaknya piano.
Stephen juga ingin mengenal
lingkungan anaknya, sehingga bila ada waktu luang, ia akan menyempatkan datang
ke sekolah anaknya. Dimana system sekolah anaknya memperbolehkan orang tua
siswa masuk ke dalam lingkungan sekolah bahkan masuk ke dalam kelas.
“Kalau ada pelajaran yang susah,
kita bisa tetap masuk kelas. Agar bisa tau, gurunya ngajar seperti apa? Lalu
kita bisa praktekan di rumah juga. Lalu alasan lainnya juga, kita bisa kenal
lingkungannya dia”
Dengan hanya menghabiskan maksimal
4 hari di sekolah dan sisanya di rumah, anak-anaknya menjadi mempunyai waktu
luang yang lebih banyak dengan Stephen dan istrinya. Karena itu, mereka
mempunyai kesempatan menghabiskan waktu bersama. Karena selalu terlihat
bersama, orang-orang memberi julukan tersendiri untuk keluarga ini. “Ya,
mungkin dari kecil selalu bareng, jadi kita selalu di bilang 4 paket. Hahaha”
Stephen dan keluarga tidak suka
tempat yang ramai. Karena itu mereka lebih suka pergi jalan-jalan saat
weekdays. “Yaa, yang penting gk ramai aja. Makanya kalau weekend jarang ke mal.
Biasanya ke mal pas weekday karena suara tenang.” Begitu jawab Stephen ketika
ditanya apakah ada tempat yang tidak ia dan keluarganya sukai untuk
menghabiskan waktu luang.
Stephen
memiliki aturan tersendiri untuk keluarganya ketika mereka pergi bersama yaitu
tidak boleh sibuk sendiri dan harus mengobrol. “. Inginnya semua ngobrol,
karena pada saat ada waktu ngobrol ya ngobrol.” Begitu alasanya. Tentunya hal
ini baik, karena dengan begitu komunikasi antara anggota keluarga lancar dan
menjadi dekat satu dengan yang lainya. Itulah tujuan Stephen, sang kepala
keluarga dari keluarga 4 paket.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar