Senin, 27 Oktober 2014

SEGARRA


            Segarra, sebuah restoran yang berdiri di area Taman Impian Jaya Ancol. Dikenal restoran dengan view yang indah menghadap ke laut. Restoran ini pun kerap dijadikan sebagai venue wedding karena lokasi nya yang indah. 
Dari luar terlihat bangunan putih yang menamp ilkan kesan elegan. Ketika berjalan masuk, setiap tamu disapa dengan ramah dan di bantu mencari tempat duduk yang diinginkan. Tamu dapat memilih ingin duduk di dalam atau diluar.
Hari itu saya memilih duduk di luar, disebuah sofa panjang menghadap ke laut. Disitulah saya  berkesempatan mewawancarai Mas Gusti mengenai tempat ini. Mas Gusti bekerja di bagian Sales di Segarra, ia tahu betul seluk beluk restoran ini.
Setiap harinya segarra buka dari jam 12 siang, yang membedakan weekdays dan weekend adalah jam tutup restoran ini di. Untuk weekdays, segarra tutup jam 12 malam, sedangkan untuk weekend, segarra tutup jam 2 pagi. Untuk weekdays, tamu dari segarra bisa mencapai 150 atau lebih, sedangkan untuk weekend sendiri mencapai kurang lebih 250 orang. Menurut mas Gusti, hari sabtu tepatnya jam 5 sore sampai jam 10 malam, adalah waktu dimana segarra paling ramai dipenuhi tamu.
Ketika restoran sedang ramai pengunjung, dan ada tamu-tamu baru datang. Segarra menerapkan system waiting list. Dimana tamu ingin duduk di luar, dan ketika diluar sudah full, tamu ditawarkan untuk duduk di dalam dulu di dining area atau di lantai dua. Lalu bila ada kursi yang kosong di luar, maka tamu dipindahkan ke kursi yang terletak di luar tersebut.
Area dari segarra sendiri terbagi 2 area, yaitu area berpasir dan tidak berpasir. Spot favorit pengunjung menurut mas Gusti adalah di Orbit Sofa. Dimana sofa tersebut hanya diperuntukkan untuk 2 orang, terletak di paling depan di area berpasir dan langsung menghadap laut. Dikenakan minimum order bila ingin duduk di spot ini, yaitu sebesar Rp 300.000 untuk weekdays, dan Rp 500.000 untuk weekend. Sedangkan sofa yang saya duduki sekarang ini, dimana terletak di area yang tidak berpasir, dapat diduki sekitar 3-5 orang, hanya dikenakan minimum order pada weekend, yaitu sebesar Rp 300.000.
            Setiap hari jumat, segarra memfasilitasi pengunjung dengan menghadirkan live music. Aliran music yang dipilih adalah acoustic. Dulu segarra sempat menghadirkan DJ, namun karena beberapa masukan pengunjung dan pertimbangan manajemen akhirnya diganti dengan live music acoustic. Dimana dirasa lebih ‘nyambung’ dengan suasana segarra yang romantis dan tenang. Hal ini pun mendapat respon positif dari pengunjung.
            Terdapat cukup banyak pelayan di restoran ini, sehingga pengunjung tidak sulit bila membutuhkan bantuan pelayan. Menurut mas gusti, pelayan di restoran ini merupakan pegawai kontrak sehingga pihak Segarra dapat menilai kinerja mereka dan memutuskan apakah akan memperpanjang kontraknya atau tidak. Namun setiap pelayan diberi training sebelum bekerja disini, sehingga memiliki product knowledge yang baik dan memberikan servis yang memuaskan untuk tamu Segarra. Segarra menerima dengan baik bila ada kritik dari konsumen, Karena Segarra ingin dapat memuaskan keinginan konsumen. Misalnya, bila ada keluhan mengenai makanan, maka diganti dengan yang baru.
            Segarra kerap memberikan penawaran menarik untuk makanan dan minumanya. Misalnya ketika saya datang, terdapat promo “Buy 1 Cocktail, free 1 Mocktail”. Penawaran ini kemudian di publikasikan oleh pihak segarra melalui akun social media nya yaitu di twitter @segarraancol dan fanpage “Segarra Jakarta” di facebook. Untuk promo wedding venue, semua diserahkan segarra pada website Weddingku.com, diamana website tersebut yang mempromosikan segarra sebagai  sebuah wedding venue.

PENGUNJUNG
Saya mewawancarai Livia, untuk melihat dari perspektif konsumen menge
nai Segarra. Livia adalah mahasiswi berusia 19 tahun. Ia datang bersama teman-temanya ke Segarra, sembari menikmati hidangan yang dipesanya, ia setuju untuk berbincang sebentar dengan saya.
  Livia telah 5 kali mengunjungi segarra. Ia bercerita bahwa ia mengunjungi segarra pada beberapa special occasion, yaitu diantaranya, ulang tahun temanya dan juga anniversary dengan pacarnya. Alasan mengapa ia tidak terlalu sering mengunjungi segarra adalah karna ia tinggal di daerah Pondok Indah, sehingga cukup jauh dari lokasi Segarra di Jakarta Utara.
Untuk service sendiri, livia merasa puas karena merasa setiap ia memerlukan bantuan pelayan disini, selalu ada yang melayani. Juga ia merasa disambut ketika datang kesini dan dicarikan tempat duduk, tidak seperti di banyak restoran lain.
Menurut livia, harga dari makanan di segarra sangat worth it, karena dengan harga segitu, livia dapat menikmati makanan sambil disajikan dengan view yang indah dan tempat yang nyaman untuknya. Spot favorit livia adalah di sofa panjang pada bagian yang tidak berpasir. Karena ia merasa tidak nyaman bila kaki nya menyentuh pasir, dan dari spot ini pun, ia merasa tetap dapat menikmati view laut sama dengan orang orang yang duduk di tempat yang berpasir.

LIBERICA KEMANG


Liberica merupakan sebuah coffee shop yang berlokasi di beberapa tempat di Indonesia dan memiliki beberapa cabang di Jakarta, yaitu di  Gandaria City, Cilandak Town Square, Pacific Place, Cntral Park dan Kemang. Cabang Liberica yang saya pilih adalah cabang di Kemang, Jakarta Selatan. Alasanya, disitulah tempat favorit salah satu informan saya untuk menghabiskan waktu bersama teman-temanya dari sore hingga laru
t malam.
Dua kali saya datang ke liberica mencoba untuk mewawancarai pihak liberica, akhirnya pada kedatangan saya yang kedua kali saya berhasil bertemu 
dengan mas Krisna dan ternyata beliau bersedia membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan saya mengenai tempat ini.
Liberica menyediakan pilihan dessert, makanan dan minuman yang dapat dibilang cukup beragam. Dimulai dari hari Rp 15.000. Menurut mas Krisna, setiap tahunya liberica berusaha terus menambah variasi menunya. Uniknya, menu nya juga ada yang datang dari ide customer. Berawal dari saran customer yang berkata “Mas bikin yang seperti ini dong…” akhirnya dibuatkan minuman seperti yang diminta customer tersebut, yang selanjutnya dicoba dibuatkan tester untuk dicoba pengunjung lain dan responya positif sehingga dijadikan menu tetap.
Jumlah pengunjung saat weekend bisa mencapai 200 orang. Angka yang menurut saya tidak berlebihan karena setiap saya datang ke tempat ini memang selalu ramai. Mas Krisna mengatakan bahwa weekend lah saat-saat paling ramainya Liberica, mulai ramai pada pukul 9 malam keatas.  Walopun di tempat ini tidak ada live music atau event seperti di beberapa tempat lain yang menjadi competitor Liberica, namun hal tersebut sepertinya tidak menjadi masalah bagi customer liberica. Tempat yang nyaman untuk duduk-duduk atau nongkrong sambil menikmati menu pilihan, menjadi nilai tambah tempat ini dan itulah juga yang memang diusung oleh liberica. Sebenarnya, menurut mas Krisna, di cabang liberica lain  sebenarnya ada event-event yang suka diadakan. Namun karena tempat dari liberica cabang ini tidak terlalu besar, maka menjadi tidak memungkinkan.
Promosi dilakukan oleh liberica melalui akun sosial media twitter, instagram dan facebook mereka. Akun instagram dan twitter mereka memiliki nama yang sama yaitu @libericacoffee. Uniknya, akun instagram mereka diisi dengan foto-foto dan quote yang banyak berhubungan dengan coffee. Misalnya salah post di instagram dengan fo
to cup bertuliskan liberica dan quote diatasnya bertuliskan “Cofee makes ordinary moments, extraordinary”.

PENGUNJUNG:
            Saya berbincang dengan seorang pengunjung bernama shaniq, yang sedang duduk dengan 2 orang teman nya di sudut coffee shop ini. Shaniqua sendiri mengaku lumayan sering mengunjungi tempat ini karena lokasi nya yang tidak jauh dari rumahnya yang juga berlokasi di kemang.
            Menurutnya tempat nya yang “pewe” dan dessert nya yang menurutnya enak, menjadi alasan mengapa ia kerap kembali lagi ke tempat ini. Macaroons adalah makanan favorite shaniq. Selain itu, dalam urusan service, shaniq merasa puas akan pelayanan yang ditawarkan oleh Liberica. Menurutnya, pelayanya ramah sekali dan siap membantu ketika ia bingung memilih ingin order apa.
            Ketika ditanya apakah dia mengupdate ketika ia berada disini ke social medianya, ia menjawab ‘iya’. Namun ketika ditanya apakah ia memfollow salah satu akun  resmi liberica di social media, baik instagram ataupun twitter, ia menjawab “Emang ada ya? Ngga follow sih aku..”. Jadi ternyata terlihat masih ada gap disini.
            Ketika ditanya apa ada yang bisa ditingkatkan dari tempat ini, shaniq menjawab bahwa menurutnya menu, service dan kenyamanan sudah cukup, yang ia berharap ditambahkan adalah fasilitas toilet walopun di dekat liberica ada toilet namun ia kerap malas harus keluar dari liberica dahulu untuk ke toilet. Selain itu, ia sudah merasa puas dan mengatakan bahwa akan kembali lagi ketempat ini.


Learning Farm


Banyak dari kita yang belum mengetahui ada sebuah taman di jakarta yang luasnya berhektar-hektar dengan berbagai fasilitas seperti bersepeda dan terdapat area tersendiri untuk berkebun, membajak sawah dan mengenal
berbagai binatang.Taman tersebut adalah ecopark, yang terletak di dalam area Taman Impian Jaya Ancol. Sedangkan area untuk berkebun, membajak sawah dan mengenal berbagai binatang disebut dengan learning farm, yang terletak di dalam eco park. Saya berkesampatan untuk berbincang dengan Bapak Suprayitno, selaku salah satu pengelola Learning Farm dan mengetahui lebih dalam mengenai manajemen Learning Farm.
            Learning farm setiap harinya dibuka pada pukul 08.30 dan tutup pukul 17.00. Seperti yang dipaparkan diatas, bahwa tidak dikenakan biaya untuk masuk ke learning farm. Tiket masuk memang gratis, namun bila ingin melakukan kegiatan berkebun dan lainya disediakan paket mulai dari harga Rp 50.000.
            Learning farm sendiri sebenarnya memang diperuntukan untuk pelajar sekolah dasar sampai dengan SMP, menurut bapak Suprayitno. Mereka menargetkan sekolah-sekolah untuk field trip atau melakukan kunjungan wisata ke Learning Farm. Oleh karena itu, kegiatan promosi yang mereka lakukan lebih condong kepada telemarketing. Dimana mereka menelfon sekolah-sekolah, dan menawarkan berbagai paket kegiatan yang dapat dilakukan oleh murid-murid sekolah tersebut bila berkunjung ke Learning Farm. Mereka memberikan diskon hingga 10% bila tahun sebelumnya sekolah itu telah berkunjung ke learning farm, dan kembali lagi tahun ini.
            Event-event juga sering dilakukan ketika ada hari nasional yang berhubungan dengan anak, misalnya Hari Anak dan Hari Ibu. Seperti pada hari anak kemarin, learning farm melakukan event menanam pohon bersama. Dengan begitu anak anak dan orang tuanya dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang menyenangkan, sekaligus mendidik.
            Dari tahun ke tahun, learning farm berusaha melakukan inovasi, baik dalam bidang materi yang diajarkan ke anak-anak maupun fasilitas misalnya menambahkan variasi binatang, tahun ini mereka menargetkan untuk menambah binatang rusa ke area learning farm.  Hal ini dilakukan agar pengunjung merasa tidak bosan bila datang ke learning farm karena ada hal yang baru yang dapat dilihat.
            Untuk urusan staff sendiri, pihak learning farm tidak memiliki kendali karena itu semua yang mengurus adalah korporat Taman Impian Jaya Ancol. Namun meskipun begitu, staff di training sebelum bekerja disini agar dapat memberikan service yang baik, terutama dalam memberikan materi yang edukatif kepada murid-murid yang berkunjung ke Learning Farm.

PENGUNJUNG:

            Saya berbincang sebentar dengan salah satu anak berumur 10 tahun bernama salsa yang mengunjungi Learning Farm. Ia menuturkan bahwa ia datang kesini bersama keluarganya. Orang tuanya, Ibu Merry, menuturkan bahwa ia memang sengaja mengajak salsa kesini untuk dapat mengenalkan berbagai binatang dan juga tanaman tanaman. Salsa mengaku ia senang berkeliling melihat binatang. Favoritnya adalah tempat dimana terdapat kolam besar dan ia bisa memberi makan ikan.
            Ibu Merry mengaku tidak mengetahui bahwa ada paket kegiatan yang bisa dilakukan seperti membajak sawah. Padahal menurutnya, bila ia ditawari ia ingin melakukanya karena menurutnya kegiatan tersebut akan menyenangkan dilakukan oleh anaknya. Sehingga terlihat disini bahwa informasi tidak tersampaikan kepada pengunjung. Walaupun begitu, ibu merry dan salsa mengaku senang ada tempat seperti ini di Jakarta. Karena merupakan suatu sarana yang edukatif sekaligus menyenangkan untuk anak-anak.
             

Rabu, 24 September 2014

“Pecinta Seni yang Ngga Bisa Diem”


Pradnya pratita, atau yang akrab dipanggil Tita adalah pecinta art atau seni. Baik kehidupan keseharianya ataupun caranya mengisi waktu luang, tidak jauh-jauh dari seni. Tita kini bekerja di Dwi Daco, sebuah perusahaan Consultant Interior Design. “Main Project nya sih interior design cuma pendukung lainya sih misalnya arsitektur sama design product sama graffiti..” Jelas Tita. Bila seni menggambar merupakan pekerjaanya, lain lagi bentuk seni yang ia sukai untuk mengisi waktu luang.

“Aku tuh suka banget nari. Itu hobiku dari lama sih sebenernya, tapi dari SMA ya mungkin mulai aktifnya. Jadi akhirnya sampe sekarang pun aku masih aktif nari. Aku masih nari ya dua kali seminggu sih biasanya. Pokoknya intinya aku tuh suka banget bergerak..”

Tita yang mengaku merupakan pribadi yang suka bergerak dan ngga bisa diam ini, mencoba mencari sanggar tari sehingga ia dapat menyalurkan hobi nya di bidang tari. Secara tidak sengaja, tita melihat banner iklan mengenai suatu sanggar. Setelah mencari lebih lanjut di Internet, akhirnya ia memutuskan bergabung. Di sanggar tersebut, tita bertemu orang-orang yang mempunyai hobi sama denganya. Dari orang-orang tersebut tita mengetahui keberadaan suatu komunitas tari.

Kalau yang komunitas sih sebenernya tau dari temen-temen di sanggar itu dulu karena disitu banyak orang-orang yang suka nari juga kan. Nah dari situ aku denger-denger tempat lain. Ya itu pokoknya dari temen mulut ke mulut.”

 Jadi dapat dilihat Tita suka berada di lingkungan dengan orang-orang yang mempunyai minat dan hobi yang sama denganya. Belum puas dengan satu sanggar, bersama teman dari sanggarnya, tita bergabung dengan suatu komunitas tari. Ia senang, kini di Jakarta sudah banyak wadah untuk menyalurkan hobi nya. Berbeda dengan ketika ia muda, komunitas tidak sebanyak sekarang. Ketika ditanya apakah ada hobi lain, tita menjawab bahwa ia suka jalan-jalan. Namun tita memutuskan untuk tidak ikut komunitas untuk pecinta jalan-jalan. Alasanya, menari lah yang paling tita sukai, dan bukan jalan-jalan.

Menariknya, hobi tita menari, mendorongnya untuk berbelanja. “Efeknya jadi banyak sih karena pengen hits, di waktu luang aku juga jadi suka beli baju-baju dance atau sport brand nike.” Tutur tita. Tita mengaku sulit mengcontrol keinginanya untuk membeli berbagai sports wear yang memang ia gunakan untuk latihan dan perform.



“Itu sebenarnya keinginan diri sendiri aja yang sebenernya harusnya
aku bisa control tapi susah. Ibaratnya kaya….sebenernya kebutuhan sih….sports wear yang bagus buat aku membantu bisa beraktivitas lebih semangat dan lebih baik aja. Entah sugesti atau apa cuma kayanya sih…”

Untuk hobinya ini, tita rela sering ke mall untuk mencari kebutuhan yang ia gunakan untuk menari. Ia mengaku banyak menghabiskan waktu untuk berbelanja baju untuk menari terutama sports wear. Selain itu, demi hobi nya juga, tita juga rela menomor duakan pekerjaanya.

“Yang paling memorable buat aku ada gara-gara kan aku nari tapi aku juga kerja. Pernah waktu itu aku mau perform dan memang ini agak nakal tapi enggak sih aku justru mengutamakan nari. Waktu itu ada event, harus gladiresik kan kalau mau tampil, terus aku harus standby lebih awal di hari kerja. Otomatis aku harus izin kerja ngakunya sakit demi perform itu. Rela bener-bener ngorbanin untuk dapet benefit dari leisure time aku.”

Menurut tita, leisure time itu diibaratkan penyeimbang hidup. “Penyeimbang hidup karena menurut aku buat kerja sama leisure itu sama-sama penting. Menurut aku bukan kerjaan lebih penting terus hobi ga penting.” Jelas tita. Ia menambahkan bahwa hidupnya akan terasa tidak enak bila hanya diisi dengan bekerja. Karena itu, untuk menyeimbangkan hidupnya, ia memilih seni tari. Sesuatu yang ia sukai dan ia tidak berencana meninggalkan dalam waktu dekat.

Tita berharap kedepanya orang-orang indonesia yang memiliki hobi di bidang seni dapat dibuatkan suatu tempat yang gratis yang dapat dijadikan wadah bagi mereka untuk menyalurkan bakatnya. Ia melihat tempat seperti itu di Singapura. Dimana banyak orang Indonesia pula yang tampil di tempat tersebut. Di tempat tersebut rutin di adakan event-event.

“Aku berharap Indonesia bisa kaya gitu menghadirkan satu pertunjukan yang bisa jadi agenda rutin dan memang ada wadah atau auditorium teater memang qualified untuk menampilkan pertunjukan musikal atau art.”

Dirinya berharap di masa depan Indonesia  memiliki tempat tersebut, dimana tempat tersebut dapat menarik tidak hanya orang Indonesia, namun juga orang dari luar negeri untuk datang dan mempertunjukan kebolehanya, seperti layaknya tempat yang ia ceritakan yang terdapat di Singapura. Dirinya yakin, bahwa negeri tercintanya, Indonesia, mampu mewujudkan hal tersebut.

“Hobi dari Seseorang yang Merasa Terdiskriminasi di Mall”


Setiap orang mendeskripsikan kata ‘seru’ dengan berbeda-beda, untuk arif, mahasiswa jurusan broadcasting,  seru adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan kegiatan membuat film dan naik gunung. Terkadang ia pun menggabungkan kedua aktifitas yang dicintainya tersebut.

“Ada film di youtube.. itu kaya film documenter, naik gunung gitu kan, Ada 3 gunung di video itu, video nya gue bikin sendiri bikin sendiri, edit sendiri terus masukin ke youtube,” tuturnya dengan semangat.

Ketika naik gunung,, itu adalah saat – saat dimana menurut arif, ia harus melawan dirinya sendiri. Sakit karena kedinginan sudah menjadi hal yang biasa dan tidak menghambat arif untuk terus mendaki sampai ke puncak gunung, Ketika sampai di puncak gunung, itu adalah moment yang tidak bisa ia lupakan.  Ia selalu meneteskan air mata ketika sampai di puncak gunung, namun hal tersebut bukan tanpa alasan.

“Ya digunung kan kita bukan apa apa ya.. istilahnya, cemen.. kita ngga ada apa-apa nya, tapi kita bisa muncakin itu gunung.. “ jelasnya.

Kecintaanya pada dunia film, sama besarnya dengan kecintaanya pada gunung. Hobi nya tersebut ia puaskan dengan berbagai hal. Pertama, dengan mengambil jurusan broadcasting dimana ia bisa menceburkan diri lebih dalam di dunia yang ia cintai. Kedua, dengan membuat film diluar tugas kuliah dengan menggunakan ipodnya, lalu memamerkan karya nya di situs youtube. Terakhir, dengan menonton karya orang lain sehingga ia bisa sekaligus teknik teknik pembuatan film.

Dana menjadi suatu batasan mengapa ia tidak bisa melakukan kedua hal tersebut sesering yang ia mau. Namun, arif tidak memusingkan hal tersebut. Nongkrong dengan teman-teman nya juga membawa kesenangan untuknya. Ia  sudah senang bila dapat menikmati kopi atau beer bersama teman-temanya, obralan yang seru dan juga dilengkapi dengan petikkan gitar yang dimainkan oleh teman temanya. Untuk masalah tempat, arif dan teman-temanya lebih memilih di rumah teman. Bergiliran mereka menjadikan rumah nya sebagai tempat ‘nongkrong’. Bahkan, tidak sungkan mereka nongkrong di pinggir jalan. “Kalo rame-rame, di pinggir jalan pun jadi!” serunya ketika ditanya apakah ada tempat lain selain rumah temanya yang ia  dan teman-temanya suka jadikan tempat nongkrong.

Tapi ada satu tempat yang ia coba hindari sebisa mungkin. Tempat yang menjadi pilihan banyak orang menghabiskan waktu luangnya, tapi tidak dengan Arif. Tempat tersebut adalah Mall. Arif mempunyai alasan tersendiri mengapa ia tidak suka pergi ke mall. Ia merasa didiskriminasikan oleh mall. 

“Kaum kaum kapitalis yang di mall. Apa ya, kaya mendiskriminasikan gitu. Kita kan kebanyakan bawa motor, ngga selamanya kita bawa mobil, kalo ada event tertentu aja kan kita bawa mobil. Gini deh, misalnya di pim deh, parkiran motornya dibuat jauh banget, citos juga. Jadi pengendara motor ngerasa kediskriminasi. Terus liat deh, motor yang CC nya gede kan juga ada pakiranya sendiri, bareng sama mobil-mobil. Kita doang yang parkiranya jauh. Itu bikin kita ngerasa didiskriminasi..”

Bila tidak terpaksa, arif tidak akan pergi ke mall. Ia menambahkan “Lagian ada apa sih di mall? Itu itu aja kan?” Dengan raut muka yang mulai terlihat kesal. Namun raut mukanya mulai berubah ketika kembali lagi kami membicarakan tentang kegiatanya nongkrong bareng teman-temanya. Ia menuturkan, selain hanya nongkrong, ia pun aktif berolahraga bareng bersama sama dengan teman-temanya. Rutin seminggu sekali mereka merencanakan futsal di tempat yang berbeda. Seperti ketika saya menemuinya, ia baru saja selesai bermain futsal bersama teman-temanya di lapangan SMA Cendrawasih.






           

“Jakarta si Tukang PHP (Pemberi Harapan Palsu)”


Bapak Opik, salah satu dari banyak orang yang mengadu nasib di Ibukota. Harapan akan peluang pekerjaan yang banyak, membuatnya rela meninggalkan kampong halamanya di Indramayu pada tahun 1998. Bersama temanya bapak Karim yang berasal dari kampong yang sama, kini harapanya yang dulu tinggi terhadap Jakarta, kian memudar dengan kenyataan pahit bahwa kehidupan di Jakarta tidak seindah yang ia bayangkan ketika ia masih di kampong halaman. Kini ia menerima nasib banting tulang menjadi tukang sampah di daerah Jakarta Utara. Di sela sela waktunya, bapak Opik memiliki pekerjaan sampingan yaitu mengupas botol Aqua dan mengolah limbah daur ulang. Apapun ia lakukan untuk keluarga. Istri dari pak Opik pun ikut bekerja membanting tulang. “Makan ya tergantung kerja mingguan sama dibantu istri..” ujarnya lembut.

Setelah berkeluarga, Pak Opik lebih senang menghabiskan waktu luangnya yang terbatas bersama keluarga. “Kalo diajak maen sama temen saya gasuka. Saya udah gabisa sekarang mah udah gakayak dulu.” Jelas Pak Opik. Sebenarnya, pak Opik memiliki hobi tersendiri diluar menghabiskan waktu bersama keluarganya yaitu main futsal dan main catur. Namun dengan sempitnya waktu luang, pak Opik lebih memilih bersama keluarga. Kedua hobi nya tersebut sudah jarang ia lakoni.

Dirinya mengaku pernah mengunjungi tempat wisata bersama keluarga nya seperti Museum Fatahilah dan hal tersebut membuatnya senang. Ia bersyukur karena untuk masuk tempat wisata tersebut tidak dikenakan biaya. Anak pak Opik ingin sekali dapat mengunjungi dufan, dan pak opik ingin sekali mengajak anaknya ke Dufan, namun terhalang oleh tingginya harga tiket masuk Dufan.  Pak Opik tidak putus asa, ia berniat akan bekerja keras untuk dapat mewujudkan impian anaknya.

Ketika ditanya tempat yang ia paling tidak sukai, ia menjawab “Mall! Saya gasuka ke mall..” Alasanya, “Ya gasuka ke mall, kalo ke mall jarang soalnya mahal jarang kebeli”. Dirinya mengharapkan ke depan nya pemerintah membuka tempat wisata yang gratis seperti misalnya Taman. Karena menurutnya taman di Jakarta masih sedikit. Menurutnya, ia suka menghabiskan waktu di taman bersama keluarganya, anaknya pun senang. “(anak) lelarian aja, jalan sono jalan sini” Ujar pak Opik.

Ia adalah laki-laki yang bertanggung jawab dan sangat mengutamakan kepentingan keluarga diatas dirinya sendiri, karena itu ketika ada kebutuhan keluarganya yang tidak bisa ia penuhi, ia merasa sedih.

“Kalo lagi gapunya uang, mau minta tolong sm siapa ortu ga ada sodara ga ada, serasa mau nangis aja kalo gapunya uang tuh, anak jajan ga ada uang, kecuali kalo abis gajian suka tapi besok udah abis lagi,” tuturnya.

“Kumpulin modal aja biar bisa jualan di Kampung, bosen di Jakarta..” Begitu kata pak opik. Itulah tujuan pak opik saat ini. Sedikit demi sedikit ia mengumpulkan modal untuk membuka usaha di kampong. Bila ada yang bisa ia sisihkan dari uang gaji nya, maka ia sisihkan. Demi satu tujuan, yaitu kembali lagi ke kampong halaman nya di Jawa dan meninggalkan Jakarta yang semula terlihat memberi harapan kepada Pak Opik. Tentunya harapan yang sama di miliki oleh banyak orang yang memutuskan mengadu nasib di Jakarta. Sayangnya, tidak semua harapan dapat di wujudkan di Jakarta. Sekarang harapan-harapan tersebut terasa seperti harapan yang palsu. Kini perasaan tersebut sirna sudah, yang tersisa hanyalah keinginan untuk dapat kembali lagi ke Kampung halaman yang tercinta.

"Bukan Pelayan Biasa"


Mungkin bila anda melihat wanita ini sekilas, tidak ada perbedaan yang mencolok dengan pegawai-pegawai toko yang lain. Dengan seragamnya, wanita ini menyambut tamu dengan ramah dengan meneriakan “Welcome to Georgepeck..”. Ternyata, setelah mengenali lebih dalam, wanita yang dikenal dengan panggilan “Lilis” ini bukan hanya seorang pegawai yang giat bekerja namun juga seorang ibu dan juga seorang pebisnis. 

Mba Lilis bekerja 6 hari dalam seminggu. Terkadang ia kebagian shift sampai dengan jam 10 malam. Ibu yang tengah mengandung 5 bulan ini tidak pernah mengeluhkan pekerjaanya. Padahal ia tinggal di Radio Dalam, dan tempat kerjanya di Bintaro. Jarak yang cukup jauh ia tempuh dengan menumpangi angkot. Ia senang bekerja di tempat ini, “Soalnya, yang punya baik, kan kalo majikan baik, pegawai juga akan baik..”. Ternyata untuk membuat pegawai nyaman bekerja di suatu tempat, incentive berbentuk uang tidak selalu menjadi satu satunya cara untuk membuat pegawai betah dan bersemangat kerja,

Disela sela waktu ketika tidak ada tamu, ketika pegawai lain asik mengobrol satu sama lain, mba lilis memilih melakukan kegiatan lain. “Saya hobi bisnis.. jadi waktu lagi ngga ada tamu, saya suka internetan, liat liat soal bisnis..” Untuk sekarang, mba lilis sedang menggeluti bisnis menjual produk-produk kecantikan. Hobi inilah yang membuat mba lilis terkenal di pegawai pegawai lain di mall tersebut. “Aku promosiin ke temen temen disini, aku kenal semua yang disini, Mereka juga kenal aku karena aku kan jual produk kecantikan..” Dengan pembawaanya yang ramah dan lucu, mba lilis sangat mudah bergaul dengan orang banyak. Terlihat beberapa kali pegawai toko lain yang lewat di depan gerai minuman ini berhenti untuk menyapa mba lilis.

Hobi bisnis ini bukan merupakan beban untuk mba lilis. Selain itu, menurutnya hobi ini membantunya “nambah-nambah” untuk keluarga. “Sambil kerja.. sambil bisnis sebisa mungkin.. dan karna emang suka juga bisnis gitu, jadi inituh bukan beban.. tapi kesenengan..” Siapa yang menyangka, wanita ini begitu menyukai dunia bisnis, dan berusaha memanfaatkan fasilitas yang ada seperti Internet di Handphone, untuk mencari tahu lebih dalam mengenai hobi nya ini dan bagaimana menerapkanya.

Sibuknya mba lilis tidak menjadikanya lupa dengan peran utamanya menjadi Istri dan Ibu untuk suami dan anak nya yang kini duduk di TK A. “Saya dan suami sama-sama janjian libur hari jumat…” Sehingga pada hari jumatlah mereka menyempatkan mengisi waktu luang bersama. Sekali sekali mereka mengunjungi tempat-tempat seperti Ancol dan Kebun Binatang Ragunan untuk berwisata. Walopun menurut mba Lilis dirinya dan keluarga kerap menghabiskan waktu di rumah. “Tiket masuk ancol mahal..” keluhnya. Sehingga dirinya kerap menunggu ketika ada diskon atau promo khusus. Tempat favoritnya adalah Dufan. Karena banyak permainan untuk anaknya. “Yang penting anak seneng..” Begitu tutur mba lilis. Jadi ketika di dufan mba lilis tidak bermain permainan untuk dewasa, melainkan mencari mainan yang membuat anaknya senang. Mba lilis dan suami hampir tidak pernah menghabiskan waktu berdua, kecuali di malam hari ketika anaknya tertidur. Karena menurutnya “Kasihan kalo anak ditinggal sendirian, jadi pasti selalu saya ajak..”. Sehingga kemanapun mba lilis dan suami pergi, anaknya selalu dibawa. Dapat dilihat, betapa sebagai seorang ibu, mba lilis sangat menyayangi anaknya dan rela mengorbankan kesenanganya sendiri untuk anaknya.

Waktu luang yang sedikit berusaha mba lilis manfaatkan dengan baik untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Mba lilis adalah contoh nyata bahwa wanita dapat pula meniti karir tanpa harus melupakan kewajibanya sebagai ibu dan istri yang baik.